Gelombang protes anti pemerintah membuat Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali turun dari puncak pemerintahan setelah 23 berkuasa dengan tangan besi.
Protes yang sudah berlangsung selama seminggu itu mencapai puncaknya, ribuan demonstran dari semua lapisan masyarakat mengerumuni ibu kota Tunisia pada hari jumat menuntut pemecatan Ben Ali sebagai presiden. Perdana Menteri Mohammed Ghannouchi akhirnya mengumumkan di saluran televisi negara bahwa ia akan memegang kekuasaan sementara di negara yang terkenal dengan pantai berpasir dan kuil-kuil kuno.
Sebelum diturunkan dan melarikan diri keluar negeri, presiden Ben Ali dengan sisa-sisa kekuataanya berusaha untuk mempertahankan kekuasaannya. Dengan cara menyatakan keadaan darurat, membubarkan pemerintahan, dan menjanjijan pemilihan legislatif baru dalam waktu enam bulan. Bahkan sehari sebelumnya ia berjanji tidak akan mengikuti pemilu pada tahun 2014 dan berjanji akan memotong harga sembako seperti gula, roti, dan susu.Namun tetap saja demonstrasi-demonstrasi tetap dilakukan.
Setelah bandara ditutup, terdengar rumor bahwa presiden Ben Ali telah meninggalkan negara itu untuk mencari perlindungan di negara lain.
"Saya mengambil alih tanggung jawab sementara sebagai pemimpin negara di masa yang sulit ini, dan akan mengembalikan keamanan negara ini seperti semula" Ujar Ghannouchi dalam pernyataan serius "Saya berjanji saat saya memerintah akan menghormati konstitusi dan berkerja untuk menyelesaikan masalah-masalah ekonomi dan sosial dan berkonsultasi dengan semua pihan untuk menyelesaikan masalah ini".
Ben Ali di anggap tidak mampu sebagai presiden. Banyak yang mengatakan bahwa ia sudah terlalu tua, pikun, dan sakit-sakitan untuk memerintah. Saat ia memerintah ia berjanji bahwa pemerintahannya akan "membuka cakrawala untuk kehidupan demokratis dan berevolusi" yang akhirnya tidak ia buktikan.
sumber salon
0 komentar:
Posting Komentar